Kesenian Wayang Krucil Bojonegoro Nyaris Punah
Kesenian Wayang Krucil dan Sandur di Bojonegoro, Jatim, terancam punah, karena kurang diminati masyarakat, kata Kepala Bidang Pengembangan dan Pelestarian Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro, Saptatik.
"Kesenian Wayang Krucil dan Sandur sulit berkembang karena tidak ada generasi penerus, serta masyarakat tidak banyak yang berminat menggelar kedua kesenian itu dalam berbagai acara hajatan atau acara desa," kata Saptatik di Bojonegoro, Rabu.
Ia mengatakan, kedua kesenian itu diperkirakan dalam beberapa tahun lagi punah, kalau tidak ada generasi penerus yang bermina melestarikannya. "Apalagi generasi penerus dua kesenian itu, juga sudah tidak ada lagi," katanya, menegaskan.
Dalang Wayang Krucil di daerah setempat, menurut dia, jumlahnya, semakin tahun semakin berkurang dan sekarang ini hanya tinggal dua orang dengan usia yang sudah tua yaitu Ki Narto dan Ki Raji.
Menurutnya, jumlah dalang yang pernah ada tidak banyak, bahkan sejak 15 tahun lalu hanya sekitar lima orang. "sementara itu, Wayang Thengul bisa berkembang, sebab minat masyarakat untuk menggelar kesenian itu cukup tinggi, tapi kalau Wayang Krucil, sebagian masyarakat tidak tahu," katanya, menjelaskan.
Ia menjelaskan, pernah ada usaha membangkitkan Wayang Krucil dengan menampilkan dalang asal Bojonegoro, Nganjuk dan Blora, Jateng, di Bentara Budaya Jakarta, pada 1994. "Setelah itu tidak pernah ada lagi usaha membangkitkan kesenian itu kembali," ucapnya.
Ia menambahkan, ceritera Wayang Krucil, tidak jauh berbeda dengan Wayang Thengul, yang berisi sejarah Menak dan Babat Tanah Jawa. Hanya saja, bentuk Wayang Krucil pipih, sedangkan Wayang Thengul bulat dengan bahan yang sama dari kayu.
Namun, lanjutnya, pihaknya dalam waktu dekat ini, akan menampilkan Wayang Krucil di Pendopo Pemkab, sebagai usaha menggenalkan wayang krucil kepada masyarakat.
Sementara itu, menurut dia, kesenian Sandur yang juga diklaim merupakan kesenian asli Bojonegoro, nasibnya tidak jauh berbeda, juga nyaris punah. Jumlah kesenian sandur, tidak pernah bertambah hanya ada satu grup di Kelurahan Ledokkulon, Kecamatan Kota.
Itupun, katanya, generasi tua yang menekuni kesenian Sandur, satu persatu meninggal dunia, hanya tersisa dua tokoh tua Sandur di grup itu.
"Generasi muda yang menekuni Sandur tidak seahli generasi tua, dalam adegan yang serius, seperti ketika adegan "Kalongking", atau adegan lainnya yang harus mendatangkan roh," katanya, mengungkapkan.
0 komentar:
Posting Komentar